Sabtu, 06 Desember 2014

Menulislah, Karena Itu Menyenangkan


Sabtu itu saya menghadiri seminar tentang kepenulisan yang dihadiri oleh pembicara Darwis Tere Liye. Saya mengikuti ini berharap agar saya bisa mengetahui bagaimana cara menulis dengan baik, dan bisa menumbuhkan motivasi untuk menulis. Diluar dugaan memang. Pembicara yang satu ini tidak memberitahukan secara gamblang bagaimana menulis dengan baik dan bagaimana agar membuat tulisan kita menarik. Sungguh, gaya bahasa dan penyampaiannya yang unik ini menurut saya adalah sesuatu yang menarik perhatian. Beliau tidak mengatakannya secara langsung bagaimananya, tetapi beliau selalu menjelaskannya dengan cerita-cerita menurut sudut pandangnya. Beberapa kalimat yang terlontar terkadang langsung menikam pemahaman saya tentang kepenulisan.

Hmm, rasa-rasanya saya ingin menulis hasil apa yang saya dengarkan dari seminar tersebut disini. Tapi, apa boleh ya? Apa nanti ada orang lain setelah membaca post ini, lalu kemudian berpikir tidak perlu menghadiri acara seminarnya lagi? Ahaha pikiran ini terlalu berlebihan. (Lagipula siapa juga yang mau membaca post ini -_- ).

Kalimat pembuka yang langsung menancap di pikiran saya adalah "Menulis itu hanya perlu ditumbuhkan, bukan untuk dipelajari"(Semoga saya tidak salah menulis kalimat ini). Secara singkatnya, kegiatan tulis-menulis hanya perlu dilakukan secara terus menerus(atau dengan kata lain ditumbuhkan) bukan kita bertanya-tanya bagaimana mempelajari agar menulis dengan baik(ini hanyalah pemahaman saya, terserah anda mengerti ataupun tidak, tapi saya berharap anda juga paham).

Pada seminar ini kita diajukan 3 pertanyaan. Pertanyaan yang akan menuntun kita untuk bisa menulis. Pertanyaan pertama adalah "Kenapa aku harus menulis?". Kira-kira alasan apa yang dibutuhkan untuk menulis itu sendiri ya? Hmm~ Pernahkan kalian terbesit alasan menulis itu bermacam-macam? Ada lho, alasan menulis itu untuk menerbitkan bukunya, ingin populer atau terkenal, ingin dianggap keren dan hebat dan lain-lainnya. Kira-kira teman-teman tahu, apa yang dikatakan beliau? Alasan kenapa kita harus menulis? Beliau menjawab bahwa alasan menulis itu untuk menyebarkan buah kebaikan. Itulah menulis. Itu benar, menurut saya dengan menyebarkan buah kebaikan ini, tidakkah tulisan kita bisa bermanfaat untuk orang yang sudah membacanya, misalkan saja dia bisa termotivasi, terinspirasi, dan melakukan kegiatan yang bermanfaat dan berguna untuk oranglain.

Lalu setelah kita mempunyai alasan menulis itu, pasti terbesit dipikiran kita, "Apa yang harus saya tulis?". Benar, kita pasti bingung, tema, topik apa yang harus kita tulis? Kita juga belum bisa menuliskan hal-hal berat macam perekonomian dunia, politik, hukum dan sebagainya. Lagipula kita ini juga siapa? Aku hanyalah pelajar, aku hanyalah mahasiswa, aku hanyalah ibu rumah tangga,dsb. Lalu bagaimana solusinya? Tenang teman, tenang. Sekarang berpikirlah, kita setiap hari selalu melakukan aktivitas yang bermacam-macam bukan? Lalu kenapa kita tidak menuliskan aktivitas yang kita kerjakan? Lalu, apa aktivitas yang cocok yang bisa kita tulis? Nah, itu tergantung kalian sendiri. Salah satu yang beliau contohkan adalah A, seorang ibu rumah tangga. Apa yang bisa ditulis A, si ibu rumah tangga ini? Pekerjaannya hanyalah memasak, mencuci, mengurus anak, mengurus suami, bersih-bersih, apa yang special? Eitss~ tunggu dulu.. Bersabarlah. Kira-kira pekerjaan yang mana yang paling disukai A sebagai ibu rumah tangga? Hoo~ ternyata memasak. Lalu kenapa si A ini tidak mencoba menuliskan aktivitasnya tentang memasak ? Menulis setiap hari tentang resep masakan yang dia buat. Bukankah itu juga merupakan menulis hal yang disenanginya? Right?
Pilihlah aktivitas apa yang menurut kalian menyenangkan, kalian lakukan dengan senang hati. Kalian juga bisa menulisnya dalam bentuk seperti catatan pendek, essay atau bahkan artikel. Tidak perlu panjang-panjang, karena dengan menulis sedikit demi sedikit, tulisan kalian akan panjang dengan sendirinya. Cobalah~


Okey, kita sudah tahu alasan menulis, check dan bahkan kita sudah tahu apa yang akan kita tulis, check, lalu apa selanjutnya yang kita butuhkan? Iyap! Bagaimana menulis dengan baik dan cara membuat tulisan kita itu menjadi menarik? Okey.. Menurut beliau, atau kita sebut Bang Darwis, membeberkan ada empat poin disini.
a.      Topik tulisan bisa apa saja, tapi penulis yang baik selalu punya sudut pandang yang spesial. Kita garis bawahi sudut pandang yang spesial. Semua penulis pasti mempunyai gaya bahasa tersendiri dalam menulis, atau mungkin bisa dikatakan mempunyai sudut pandang tersendiri dalam menyampaikan ide-idenya dan karyanya. Lihatlah karya J.K Rowling, tentu berbeda dengan karya J. R. R. Tolkien, karena mereka menggunakan sudut pandangnya masing-masing. So, Kita bisa menghasilkan karya tulisan dengan sudut pandang spesial kita sendiri bukan? Jangan berpikir untuk menulis yang megah, sangat menarik, hebat, dll, menulislah dengan sederhana. Sederhana tapi bermanfaat. Penulis yang baik bisa menjadikan apapun sebagai topiknya.
b.      Penulis yang baik selalu membutuhkan amunisi. Seperti kita akan mengisi gelas yang kosong dengan sebuah botol berisi air. Bagaimana jadinya kalau botol ini kosong? Apakah kita bisa mengisi gelas yang kosong itu dengan penuh? Tidak bukan? Sama persis dengan menulis. Jika gelas itu membutuhkan air maka kita juga perlu sesuatu untuk bisa tetap menulis. Kita memerlukan amunisi. Amunisi disini bisa apa saja. Bisa didapat dari membaca, mengamati keadaan sekitar, mengobservasi, dan dengan melakukan sebuah perjalanan misalnya. Penulis yang baik selalu banyak membaca. Untuk itu, jika kalian malas membaca, maka mulailah membaca sekarang. Bacalah sebanyak-banyaknya, maka kita akan semakin tahu dan paham.
c.       Ala karena terbiasa. Menulislah sebagai kebiasaanmu. Maka kau akan mendapatkan gaya bahasamu karena kau terbiasa dalam menulis. Pun begitu pula kita sering menulis, maka kita akan menyadari bagaimana menggunaan sebuah kalimat yang efektif. Tentu itu lahir dari kebiasaan. Oya, ada saran lain dari Bang Tere, jika kita membuat sebuah cerita fiksi, dan teman-teman bingung bagaimana harus menutupnya, teman-teman bebas bagaimana menutupnya karena itu karya kalian sendiri, tak perlu diperumit. Kalian dapat membuat endingnya open mind, biarkan para pembaca yang mengimajinasikan bagaimana endingnya, hehehe~
d.      Mood jelek adalah lumrah, selalu mood jelek kalian harus memikirkan sesuatu. Sering saat kita menulis kita membutuhkan mood yang bagus agar kita bisa tetap semangat menulis. Dan sebaliknya, sering pula mood jelek mengakibatkan kita malas dan tidak ada semangat untuk mengerjakannya. Nah, lalu bagaimana kita bisa tetap semangat menulis tetapi dalam kondisi mood yang buruk? Hmm~ saya tidak tahu solusinya, tapi pada saat seminar itu saya mendapatkan jawabannya(entah anda bisa menyebut ini sebagai solusi atau bukan, itu terserah anda lagi). Kedisiplinan. Itu jawabannya. Kita membutuhkan kedisiplinan untuk terus menulis. Misalkan saja, kita menetapkan kapan kita akan menulis, seperti habis shubuh, atau sebelum tidur. Jadikanlah itu kebiasaan kalian. Dengan kedislipinan ini, apapun mood kalian, kalian akan "dipaksa" untuk tetap menulis. Hmm memang agak sedikit mengerikan, tapi mau bagaimana lagi? Menulis itu seperti naik sepeda. Perlahan-lahan, terus menerus (disiplin), jatuh bangun,dan nikmatilah proses itu.

Itulah poin-poin penting yang perlu kita perhatikan dalam menulis. Lalu bagaimana dengan jawaban yang tepat bagaimana menulis dengan baik dan menarik? Haha kalian tahu, Bang Darwis jawab apa? Beliau mengatakan "Tulis-tulis saja". Hmm, apa kalian bingung? Hoho~ sepertinya penjelasan saya memang kurang ya? Ya, maafkan saya, karena saya juga penulis pemula disini. Hehe~ Nah mungkin karena keterbatasan saya dalam menyampaikan memang kurang, saya sarankan anda menghadiri secara langsung saja seminar kepenulisan dimana pembicaranya adalah Bang Darwis Tere Liye itu sendiri. Hehe~

Oya, mungkin sebagai catatan, bagaimana kita tahu bahwa apa yang kita tulis itu memang relevan? Nah, jangan terlalu berpikir rumit, pastikan saja tulisan kita sendiri itu relevan dengan kita sendiri dan bermanfaat untuk diri sendiri terlebih dahulu, juga sebagai sesuatu yang menyenangkan buat kita sendiri. Maka, temukanlah motivasi terbaik untuk melakukan sesuatu itu, temukanlah motivasi terbaik kalian untuk menulis.

Menulis itu seperti menanam, maka waktu menanam yang terbaik adalah HARI INI!


*Catatan: tulisan ini saya post-kan pada tanggal 9 Desember 2013, saya re-post kembali dari blog saya yang lain. ( amienoer.wordpress.com)