Sabtu itu saya menghadiri seminar tentang kepenulisan
yang dihadiri oleh pembicara Darwis Tere Liye. Saya mengikuti ini berharap agar
saya bisa mengetahui bagaimana cara menulis dengan baik, dan bisa menumbuhkan
motivasi untuk menulis. Diluar dugaan memang. Pembicara yang satu ini tidak
memberitahukan secara gamblang bagaimana menulis dengan baik dan bagaimana agar
membuat tulisan kita menarik. Sungguh, gaya bahasa dan penyampaiannya yang unik
ini menurut saya adalah sesuatu yang menarik perhatian. Beliau tidak
mengatakannya secara langsung bagaimananya, tetapi beliau selalu menjelaskannya
dengan cerita-cerita menurut sudut pandangnya. Beberapa kalimat yang terlontar
terkadang langsung menikam pemahaman saya tentang kepenulisan.
Hmm, rasa-rasanya saya ingin menulis hasil apa yang
saya dengarkan dari seminar tersebut disini. Tapi, apa boleh ya? Apa nanti ada
orang lain setelah membaca post ini, lalu kemudian berpikir tidak perlu
menghadiri acara seminarnya lagi? Ahaha pikiran ini terlalu berlebihan.
(Lagipula siapa juga yang mau membaca post ini -_- ).
Kalimat
pembuka yang langsung menancap di pikiran saya adalah "Menulis itu hanya perlu
ditumbuhkan, bukan untuk dipelajari"(Semoga saya tidak salah menulis
kalimat ini). Secara singkatnya, kegiatan tulis-menulis hanya perlu dilakukan
secara terus menerus(atau dengan kata lain ditumbuhkan) bukan kita
bertanya-tanya bagaimana mempelajari agar menulis dengan baik(ini hanyalah
pemahaman saya, terserah anda mengerti ataupun tidak, tapi saya berharap anda
juga paham).
Pada seminar ini kita diajukan 3 pertanyaan.
Pertanyaan yang akan menuntun kita untuk bisa menulis. Pertanyaan pertama adalah
"Kenapa aku harus menulis?". Kira-kira alasan apa yang
dibutuhkan untuk menulis itu sendiri ya? Hmm~ Pernahkan kalian terbesit alasan
menulis itu bermacam-macam? Ada lho, alasan menulis itu untuk menerbitkan
bukunya, ingin populer atau terkenal, ingin dianggap keren dan hebat dan
lain-lainnya. Kira-kira teman-teman tahu, apa yang dikatakan beliau? Alasan
kenapa kita harus menulis? Beliau menjawab bahwa alasan menulis itu untuk
menyebarkan buah kebaikan. Itulah menulis. Itu benar, menurut saya dengan menyebarkan
buah kebaikan ini, tidakkah tulisan kita bisa bermanfaat untuk orang yang sudah
membacanya, misalkan saja dia bisa termotivasi, terinspirasi, dan melakukan
kegiatan yang bermanfaat dan berguna untuk oranglain.
Lalu setelah kita mempunyai alasan menulis itu, pasti
terbesit dipikiran kita, "Apa yang harus saya tulis?".
Benar, kita pasti bingung, tema, topik apa yang harus kita tulis? Kita juga
belum bisa menuliskan hal-hal berat macam perekonomian dunia, politik, hukum
dan sebagainya. Lagipula kita ini juga siapa? Aku hanyalah pelajar, aku
hanyalah mahasiswa, aku hanyalah ibu rumah tangga,dsb. Lalu bagaimana
solusinya? Tenang teman, tenang. Sekarang berpikirlah, kita setiap hari selalu
melakukan aktivitas yang bermacam-macam bukan? Lalu kenapa kita tidak
menuliskan aktivitas yang kita kerjakan? Lalu, apa aktivitas yang cocok yang
bisa kita tulis? Nah, itu tergantung kalian sendiri. Salah satu yang beliau
contohkan adalah A, seorang ibu rumah tangga. Apa yang bisa ditulis A, si ibu
rumah tangga ini? Pekerjaannya hanyalah memasak, mencuci, mengurus anak,
mengurus suami, bersih-bersih, apa yang special? Eitss~ tunggu dulu..
Bersabarlah. Kira-kira pekerjaan yang mana yang paling disukai A sebagai ibu
rumah tangga? Hoo~ ternyata memasak. Lalu kenapa si A ini tidak mencoba
menuliskan aktivitasnya tentang memasak ? Menulis setiap hari tentang resep
masakan yang dia buat. Bukankah itu juga merupakan menulis hal yang
disenanginya? Right?
Pilihlah aktivitas apa yang menurut kalian
menyenangkan, kalian lakukan dengan senang hati. Kalian juga bisa menulisnya
dalam bentuk seperti catatan pendek, essay atau bahkan artikel. Tidak perlu
panjang-panjang, karena dengan menulis sedikit demi sedikit, tulisan kalian
akan panjang dengan sendirinya. Cobalah~
Okey, kita sudah tahu alasan menulis, check dan
bahkan kita sudah tahu apa yang akan kita tulis, check, lalu apa
selanjutnya yang kita butuhkan? Iyap! Bagaimana menulis dengan baik dan
cara membuat tulisan kita itu menjadi menarik? Okey.. Menurut beliau,
atau kita sebut Bang Darwis, membeberkan ada empat poin disini.
a. Topik tulisan bisa apa saja, tapi
penulis yang baik selalu punya sudut pandang yang spesial. Kita garis
bawahi sudut pandang yang spesial. Semua penulis pasti mempunyai gaya bahasa
tersendiri dalam menulis, atau mungkin bisa dikatakan mempunyai sudut pandang
tersendiri dalam menyampaikan ide-idenya dan karyanya. Lihatlah karya J.K
Rowling, tentu berbeda dengan karya J. R. R. Tolkien, karena mereka menggunakan
sudut pandangnya masing-masing. So, Kita bisa menghasilkan karya tulisan dengan
sudut pandang spesial kita sendiri bukan? Jangan berpikir untuk menulis yang
megah, sangat menarik, hebat, dll, menulislah dengan sederhana. Sederhana tapi
bermanfaat. Penulis yang baik bisa menjadikan apapun sebagai topiknya.
b. Penulis yang baik selalu membutuhkan
amunisi. Seperti
kita akan mengisi gelas yang kosong dengan sebuah botol berisi air. Bagaimana
jadinya kalau botol ini kosong? Apakah kita bisa mengisi gelas yang kosong itu
dengan penuh? Tidak bukan? Sama persis dengan menulis. Jika gelas itu
membutuhkan air maka kita juga perlu sesuatu untuk bisa tetap menulis. Kita
memerlukan amunisi. Amunisi disini bisa apa saja. Bisa didapat dari membaca,
mengamati keadaan sekitar, mengobservasi, dan dengan melakukan sebuah
perjalanan misalnya. Penulis yang baik selalu banyak membaca. Untuk itu, jika
kalian malas membaca, maka mulailah membaca sekarang. Bacalah
sebanyak-banyaknya, maka kita akan semakin tahu dan paham.
c. Ala karena terbiasa. Menulislah sebagai
kebiasaanmu. Maka kau akan mendapatkan gaya bahasamu karena kau terbiasa dalam
menulis. Pun begitu pula kita sering menulis, maka kita akan menyadari
bagaimana menggunaan sebuah kalimat yang efektif. Tentu itu lahir dari
kebiasaan. Oya, ada saran lain dari Bang Tere, jika kita membuat sebuah cerita
fiksi, dan teman-teman bingung bagaimana harus menutupnya, teman-teman bebas
bagaimana menutupnya karena itu karya kalian sendiri, tak perlu diperumit.
Kalian dapat membuat endingnya open mind, biarkan para pembaca yang
mengimajinasikan bagaimana endingnya, hehehe~
d. Mood jelek adalah lumrah, selalu
mood jelek kalian harus memikirkan sesuatu. Sering saat kita menulis kita
membutuhkan mood yang bagus agar kita bisa tetap semangat menulis. Dan
sebaliknya, sering pula mood jelek mengakibatkan kita malas dan tidak
ada semangat untuk mengerjakannya. Nah, lalu bagaimana kita bisa tetap semangat
menulis tetapi dalam kondisi mood yang buruk? Hmm~ saya tidak tahu solusinya,
tapi pada saat seminar itu saya mendapatkan jawabannya(entah anda bisa menyebut
ini sebagai solusi atau bukan, itu terserah anda lagi). Kedisiplinan. Itu
jawabannya. Kita membutuhkan kedisiplinan untuk terus menulis. Misalkan saja,
kita menetapkan kapan kita akan menulis, seperti habis shubuh, atau sebelum
tidur. Jadikanlah itu kebiasaan kalian. Dengan kedislipinan ini, apapun mood
kalian, kalian akan "dipaksa" untuk tetap menulis. Hmm memang agak
sedikit mengerikan, tapi mau bagaimana lagi? Menulis itu seperti naik sepeda.
Perlahan-lahan, terus menerus (disiplin), jatuh bangun,dan nikmatilah proses
itu.
Itulah poin-poin penting yang perlu kita perhatikan
dalam menulis. Lalu bagaimana dengan jawaban yang tepat bagaimana menulis
dengan baik dan menarik? Haha kalian tahu, Bang Darwis jawab apa? Beliau
mengatakan "Tulis-tulis saja". Hmm, apa kalian bingung? Hoho~
sepertinya penjelasan saya memang kurang ya? Ya, maafkan saya, karena saya juga
penulis pemula disini. Hehe~ Nah mungkin karena keterbatasan saya dalam
menyampaikan memang kurang, saya sarankan anda menghadiri secara langsung saja
seminar kepenulisan dimana pembicaranya adalah Bang Darwis Tere Liye itu
sendiri. Hehe~
Oya, mungkin sebagai catatan, bagaimana kita tahu
bahwa apa yang kita tulis itu memang relevan? Nah, jangan terlalu berpikir
rumit, pastikan saja tulisan kita sendiri itu relevan dengan kita sendiri dan
bermanfaat untuk diri sendiri terlebih dahulu, juga sebagai sesuatu yang
menyenangkan buat kita sendiri. Maka, temukanlah motivasi terbaik untuk
melakukan sesuatu itu, temukanlah motivasi terbaik kalian untuk menulis.
Menulis itu seperti menanam, maka waktu menanam yang
terbaik adalah HARI INI!
*Catatan: tulisan ini saya post-kan pada tanggal 9 Desember 2013, saya re-post kembali dari blog saya yang lain. ( amienoer.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar