Wanita di umur mendekati seperempat abad atau selebihnya, pasti banyak mendapat pertanyaan ini, "kapan nikah?" Pun melihat teman2 yg sdh melangkah ke jenjang spt ini, hati pasti mempunyai keinginan yang sama.
Tapi sayangnya, kebanyakan wanita terlalu fokus kepada "kapan aku nikah?", padahal ada hal yg lebih penting daripada itu.
.
Beberapa waktu yang lalu aku baru saja membaca sebuah buku. Yang mengantarkan kepadaku untuk lebih berpikir dan introspeksi diri.
Dalam buku tersebut ada hal yg lebih harusnya digalaukan, lebih di prioritaskan daripada bertanya "kapan nikah" sekarang diubah menjadi "niatnya apa?"
Yah semua orang pasti menjawab ibadah. Syukur kalau niat utamanya seperti itu. Tapi bagaimana dengan niat seperti di bawah ini?
.
A. "Ingin kabur dr rumah. Tidak betah dengan orangtua, tidak betah di rumah, menganggap menikah adalah solusi untuk hidup bahagia. Namun ternyata pernikahan tak seindah yang dibayangkan. Bagaimana mau membangun rumah baru, jika niat ingin kabur dr rumah?"
.
B. "Sekadar bosan hidup sendiri. Banyak yang setelah menikah justru merasa kesepian dalam pernikahannya karena mereka yang "bosan hidup sendiri" cenderung MENUNTUT pasangannya untuk membahagiakannya. Ketika tuntutannya tidak dipenuhi, mulailah ia merasa SALAH PILIH PASANGAN."
.
C. "Terhasut euforia menikah. Sahabat-sahabat sekitar seringkali memanas-manasi tentang nikah muda, ternyata diri malah terhasut ingin juga. Berhati-hatilah, kasus cerai muda, cerai di usia pernikahan masih sangat muda ini sudah sangat banyak."
.
Tapi bukan berarti ada jaminan pasti ketika kita sudah pure niat untuk ibadah, tidak akan ada ujian dalam dunia pernikahan. ADA, dan itu PASTI.
Ingat, ini dunia, bukan surga. Dan dunia tercipta memang untuk menjadi ujian bagi manusia. Hanya saja mindset-nya ketika bertemu dan menyelesaikan konflik yg terjadi itu akan berbeda dalam menyikapinya.
(Tulisan ini dibuat setelah membaca buku karya fufuelmart & canun kamil dg bab berjudul "fondasi pernikahan".)
Tapi sayangnya, kebanyakan wanita terlalu fokus kepada "kapan aku nikah?", padahal ada hal yg lebih penting daripada itu.
.
Beberapa waktu yang lalu aku baru saja membaca sebuah buku. Yang mengantarkan kepadaku untuk lebih berpikir dan introspeksi diri.
Dalam buku tersebut ada hal yg lebih harusnya digalaukan, lebih di prioritaskan daripada bertanya "kapan nikah" sekarang diubah menjadi "niatnya apa?"
Yah semua orang pasti menjawab ibadah. Syukur kalau niat utamanya seperti itu. Tapi bagaimana dengan niat seperti di bawah ini?
.
A. "Ingin kabur dr rumah. Tidak betah dengan orangtua, tidak betah di rumah, menganggap menikah adalah solusi untuk hidup bahagia. Namun ternyata pernikahan tak seindah yang dibayangkan. Bagaimana mau membangun rumah baru, jika niat ingin kabur dr rumah?"
.
B. "Sekadar bosan hidup sendiri. Banyak yang setelah menikah justru merasa kesepian dalam pernikahannya karena mereka yang "bosan hidup sendiri" cenderung MENUNTUT pasangannya untuk membahagiakannya. Ketika tuntutannya tidak dipenuhi, mulailah ia merasa SALAH PILIH PASANGAN."
.
C. "Terhasut euforia menikah. Sahabat-sahabat sekitar seringkali memanas-manasi tentang nikah muda, ternyata diri malah terhasut ingin juga. Berhati-hatilah, kasus cerai muda, cerai di usia pernikahan masih sangat muda ini sudah sangat banyak."
.
Tapi bukan berarti ada jaminan pasti ketika kita sudah pure niat untuk ibadah, tidak akan ada ujian dalam dunia pernikahan. ADA, dan itu PASTI.
Ingat, ini dunia, bukan surga. Dan dunia tercipta memang untuk menjadi ujian bagi manusia. Hanya saja mindset-nya ketika bertemu dan menyelesaikan konflik yg terjadi itu akan berbeda dalam menyikapinya.
(Tulisan ini dibuat setelah membaca buku karya fufuelmart & canun kamil dg bab berjudul "fondasi pernikahan".)